Semboyan Malangkucecwara



Malangkucecwara berasal dari tiga kata, yakni :

 Mala yang berarti segala sesuatu yang kotor, kecurangan, kepalsuan, atau bathil,
 Angkuca yang berarti menghancurkan atau membinasakan dan Icwara yang berarti Tuhan.
 Dengan demikian Malangkucecwara berarti

 “TUHAN MENGHANCURKAN YANG BATHIL”#belajarmalang

Kata Malangkucecwara pernah disebut-sebut dalam prasasti Kedu yang berangka tahun 907 yang dikeluarkan oleh Raja Balitung dan prasasti di dekat Singosari tahun 908.
Diceritakan dalam Piagam jika orang-orang memperoleh piagam tersebut adalah memuja-muja para batara dari Malangkucecwara, Putecwara, Kutusan, Cilabhedecwara, dan Tulecwara. Penyebutan nama tersebut membuktikan jika Malangkuca, Puta, Kudusan dan sebagainya adalah nama raja-raja yang pernah memerintah atau wafat dan dimakamkan di candi-candi lalu disebut Batara.

Yang menarik, tentu saja adalah lokasi keberadaan Candi Malangkucecwara yang hingga kini tidak diketahui dimana tempatnya. Karena bisa jadi berada di luar kota Malang atau mungkin ada di Malang namun masih terpendam.


Prasasti Mantyasih, juga disebut Prasasti Balitung atau Prasasti Tembaga Kedu, adalah prasasti berangka tahun 907 M, yang berasal dari Wangsa Sanjaya, kerajaan Mataram Kuno. Prasasti ini ditemukan di kampung Mateseh, Magelang Utara, Jawa Tengah dan memuat daftar silsilah raja-raja Mataram sebelum Raja Balitung. Prasasti ini dibuat sebagai upaya melegitimasi Balitung sebagai pewaris tahta yang sah, sehingga menyebutkan raja-raja sebelumnya yang berdaulat penuh atas wilayah kerajaan Mataram Kuno.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinema Paradiso (1988) Hitam dan putih sebuah kenangan

Ibuku Sayang

Paitun Gundul seorang legenda Urban di Kota Malang