Hammer (2019) - Bapak Polah Bapak Kepradah
Buah tak jatuh dari pohonnya begitu peribahasa menggambarkan penurunan genetik antar generasi. Pola asuh serta lingkungan menambah pembentukan karakter, yang terkadang memunculkan morph dalam perilaku seseorang.
Dari balik kaca jendela mobil yang sedikit terbuka dan penuh butir butir air, tampak Chris (Mark O'Brien) tercenung, sesuatu bergejolak dalam diamnya. Seorang polisi kemudian mempersilahkannya berlalu setelah memeriksanya.
Adegan awal menuntun penonton melihat kondisi Chris Davis seorang pengedar narkoba yang sedang tidak baik baik saja. Adegan berikutnya menjadi titik awal kartu domino roboh dan menghasilkan rangkaian reaksi. Sutradara Christian Sparkes yang pernah berjaya mendapat penghargaan dan nominasi ACTRA award di film "Cast No Shadow", kali ini menyuguhkan drama kriminal yang cukup intens. Sebuah tragedi dengan efek domino yang menyeret para pesakitan di sebuah kota kecil dan sebuah keluarga kelas pekerja.
Penghianatan Chris dan Lori (Dayle McLeod) terhadap Adams (Ben Cotton) rekan kriminal mereka menjadi alur utama, efek domino yang terjadi menjadi tumpuan untuk menjaga ketegangan beruntun walau itu hanya menjadi letupan letupan kecil.
Secara pribadi saya memberi acungan terhadap naskah dan simbolisme yang disajikan film ini.
Pemaparan masalah keluarga dan masalah pola asuh dapat berjalan paralel dengan alur hide and seek penjahat dan buruannya. Walau punya resiko terlewatkan oleh penonton, Christian Sparkes memilih mengungkapan masalah pola asuh tesebut lewat dialog maupun gangguan yang terjadi saat Chris dan ayahnya (Will Patton) mengatasi masalahnya. Sebuah cara yang cedik untuk menambah suasana semakin pelik.
Sparkes juga memakai banyak simbol untuk menambah ambience di filmnya. Simbol kuno Ouroboros (ular memakan ekor sendiri) tampil saat Christ mencari Lori. Walau memiliki banyak makna, kali ini bisa diartikan pengulangan yang tanpa akhir, Dari masalah awal menuju akhir dan dari akhir akan kembali menuju awal. Sebuah perputaran yang tidak akan berhenti berputar.
Sparkes juga menyimbolkan mandegnya atau tidak berkembangnya komunikasi ayah dan anak ini dengan visual kereta barang yang penuh muatan namun tidak bergerak menghalangi jalan, berkeraknya masalah mereka melalui visual mobil VW Beetle dan SUV berdampingan yang tampak lusuh dan teronggok di garasi. Gedung pabrik dengan corong berasap, patung ibu dan anak yang dapat diartikan tersendiri.
Obrolan tentang teman yang memiliki gigi seperti berang berang bisa menghantam Steven dengan telak. Tampaknya Palu yang menjadi judul film ini memang diperuntukkan menghantam sang ayah.
Film ini memang tidak istimewa dalam alur thrillernya, penyelesaiannya pun masih memungkinkan siklus ourobros tetap berlangsung, belum selesai. Tapi cukup berhasil menancapkan paku lebih dalam soal pola asuh, komunikasi keluarga yang salah, Chris yang menjadi sosok morph dalam keluarga, dapat disampaikan dengan tanpa menghakimi.
Sebuah pertanyaan si ibu dan helaan nafas sang ayah diakhir film bisa saja penanda ouroboros di dalam keluarga tersebut berhenti, atau malah masuk dalam siklus awal yang berbeda. Kehadiran Mark O'Brien dan Will Patton sebagai aktor sungguh memberi nyawa di film ini, mungkin jika diisi aktor dengan level dibawahnya, film ini akan berakhir sangat buruk.
Setelah menonton sampai akhir saya ingin sedikit merevisi petatah lama jawa "Anak Polah Bapak Kepradah" menjadi sebuah pertabyaan refleksi "Anak Polah, Opo bapak ibune Ora Tau Polah ?"



Komentar