Femme Fatale (2002) Mimpi Puspo Tajem Daradasih
| batas dunia mimpi dan nyata |
Menurut Primbon Jawa, seorang masuk ke alam mimpi dapat melalui tiga cara. yang pertama disebut titiyoni, bila terjadi pagi, sore, sampai menjelanh tengah malam. mimpi jenis ini biasa dikenal dengan bunga tidur, tanpa arti.
Jenis kedua adalah Gondoyoni, mimpi yang dialami bisa jadi nyata dan bisa juga tidak, terjadi pada pertengahan malam hingga dini hari. Nglindur dimana tubuh kita bergerak bereaksi mengikuti alur mimpi bisa menjadi ciri mimpi jenis ini. Umumnya yang diimpikan adalah hal berkesan yang pernah dialami, atau sesuatu yang diidam idamkan
Mimpi ketiga disebut Puspo Tajem, yaitu mimpi pada dini hari hingga subuh. dipercaya mimpi yang dialami bisa menjadi kenyataan, sebuah firasat, atau pertanda tentang sesuatu hal. Orang jawa biasa menyebut wangsit.
Kitab primbon jawa juga mengenal hitung hitungan mimpi, yang dihitung menurut nilai hari terjadinya mimpi ditambah nilai hari pasar saat itu. Yaitu Sasmitaningroh : yang berdampak hanya pada diri sendiri, Daradasih : berdampak pada diri sendiri dan orang yang dimimpikan, Cakrabawa : sama seperti titiyoni, tidak memiliki arti.
Dunia barat pasti jauh dari hitung hitungan kitab primbon. Tapi bukan berati tidak tertarik dengan fenomena mimpi. Freud juga percaya mimpi adalah hal yang perlu dipelajari, namun penelitiannya hanya sampai tahap menemukan Gondoyoni. Freud menjelaskan bahwa mimpi adalah jembatan antara dunia eksternal dengan perasaan, kesan maupun keinginan terpendam (terepresi). Mimpi adalah pemenuh keinginan dari apa yang tidak mampu terwujudkan di dunia ekternal.
Sutradara Brian De Palma mengeksplorasi mimpi menjadi thriller crime yang cukup apik dalam "Femme Fatale". Tapi film ini bukan tentang mimpi, film ini sarat dengan agenda feminisme, tentang sepak terjang Laure (Rebecca Romijn), perempuan yang sanggup mempecundangi kawanan pencuri, paparazi, sampai dengan diplomat.
Brian masih setia dengan format spit screen sebagai scene yang harus dicermati penonton, dalam scene tersebut biasanya akan banyak petunjuk maupun simbol-simbol.
Perhatian saya tertuju pada tabung reklame yang terletak di seberang cafe. Sebuah poster dengan lukisan karya John Everett Millais berjudul ophelia dengan tulisan 2008 sedang diganti dengan poster cover majalah bergambar Laure alias Lily.
Lukisan ophelia (karakter dalam naskah hamlet yang tampak tertidur dan mengapung setelah bunuh diri di sungai) adalah hint tersembunyi bahwa dunia mimpi ini bermula dalam air dan berakhir di air, 2008 mungkin merujuk 7 tahun waktu berlalu, mengingat film ini realease 2002 mungkin dihitung saat mulai produksi film.
Kali kedua split screen muncul, poster yang dipasang pun berubah menjadi poster cover majalah yang mengulas kasus pencurian berlian 7 tahun lalu yang belum terselesaikan.
Maka tak salah jika saya bilang Brian De Palma selangkah lebih maju memaknai mimpi dibandingjan Freud. Melalui "Femme Fatalle" Brian menambahkan lagi arti mimpi di dunia barat. Walau tidak bermaksud dan mengenal primbon. Brian dengan tidak sengaja menulis cerita berdasarkan "Puspotajem dengan hitungan Daradasih".
| How Fatal Are You ? |
Komentar