Segregasi Ruang Pengadilan

Poster Film Marshall (2017) - Chadwick Boseman

 

“Southern trees bear strange fruit
Blood on the leaves and blood at the root
Black bodies swinging in the southern breeze
Strange fruit hanging from the poplar trees”

“Pastoral scene of the gallant south
The bulging eyes and the twisted mouth
Scent of magnolias, sweet and fresh
Then the sudden smell of burning flesh”

“Here is a fruit for the crows to pluck
For the rain to gather, for the wind to suck
For the sun to rot, for the tree to drop
Here is a strange and bitter crop”

PUISI itu karangan Abel Meeropol Seorang anggota partai komunis Amerika. Dinyanyikan Billie Holiday dengan penuh penghayatan. Lengkingan saksofon memperdalam sayatan di hati pengunjung West 4th’s Cafe Society malam itu.
Saat lagu berakhir lampu sorot pun padam, saat seluruh lampu kembali dinyalakan sosok Billie menghilang. Suasana kafe membeku sesaat.. , sebelum akhirnya tepuk tangan membahana memenuhi ruangan. Sejak saat itu lagu Strange Fruit menjadi simbol perlawanan terhadap segregasi dan rasisme di Amerika. 

Sembilan tahun sebelum peristiwa kelam pengadilan jalanan harus dialami oleh Thomas Ship dan Abraham Smith. Mereka didakwa merampok, membunuh warga kulit putih Claude Dexter serta memperkosa pacarnya Marry Ball. Mereka diambil paksa dari tahanan oleh hampir seluruh warga kota. Kemudian mengeksekusi dan menggantung mereka di sebuah pohon, di halaman pengadilan.
NAACP, organisasi gerakan perlawanan terhadap segregasi dan rasisme tidak dapat berbuat banyak saat itu. Namun peristiwa 7 Agustus 1930 itu memicu pemimpin NAACP Indiana Flossie Bailey semakin gigih memperjuangkan rancangan undang undang anti hukuman mati. Pada 1931 sah menjadi undang undang


Film Marshall merekam kelanjutan perjuangan NAACP melalui pengacara di ruang sidang. Suguhan perjuangan kaum Afro-American untuk memiliki tempat sudah terasa bahkan di opening.
Kepingan kolase penangkapan warga kulit hitam, pancuran air khusus kulit berwarna, protes anti penghakiman massa.
Namun juga suasana opening pertunjukan bersejarah “All Black Macbeth” dengan alunan music jazz.
Kemudian transisi ke sosok tampak punggung, yang sedang mempersiapkan diri untuk eraktivitas. Sebuah gambaran dialah sosok yang akan menanggung beban di punggungnya. Dialah pengacara muda Thurgood Marsall. Tokoh sentral film arahan Reginald Hudlin.
Bendera “A Man Was Linched Yesterday” berkibar di depan kantor NAACP di New York, Marshall (Chadwick Boseman) yang baru saja menempuh 2.350 km dari Hugo, Oklahoma harus segera menuju Greenwich, Connecticut.

Guna menangani tuduhan pemerkosaan oleh pekerja kulit hitam. Atas majikannya kulit putih dan sosialita terpandang Eleanor Strubing (Kate Hudson). Joseph Spell (Sterling K. Brown), adalah sopir pribadi dengan catatan kriminal sebelumnya.
Ruang Pegadilan Greenwich rupanya belum terbebas dari nuansa rasis. Lukisan John “Eliot Speaks to the Natick Indians” yang menghiasi dinding tampak terbelah menjadi dua bagian bagian kiri dan kanan seolah menunjukkan masih ada segregasi di sana, apalagi lukisan yang diambil dari Mural yang dilukis oleh Hollis H. Holbrook pada tahun 1937 di Kantor Pos Natick, Massachusetts, itu sarat dengan symbol White Supremasi.

lukisan dari bagian Mural di Kantor Pos Natick (kiri atas)
 

Marshall harus berdampingan dengan pengacara lokal Sam Friedman (Josh Gad). Sam Friedman semula menunjukkan keengganan dan menolak berurusan dengan kasus ini. Namun mau tidak mau dia harus terjun di kasus ini ketika Hakim tidak mengizinkan Marshall berbicara untuk kliennya. Karena bukan pengacara dari wilayah dari Connecticut, .

Rangkaian cerita berikutnya disi tentang Marshall dan Friedman berusaha memenangkan kasus. Namun sangat sayang, film yang menggambarkan awal karir Thurgood Marshall yang sangat dihormati sebagai warga Afro-American pertama yang tergabung di Mahkamah Agung Amerika Serikat itu tidak didukung naskah yang bagus.
Tidak muncul pergerakan karakter dari tokoh utama. Seolah digambarkan Marshall sudah terlahir dengan kemampuan super yang siap digunakan. Demikian juga rekannya Sam Friedman. Hampir tidak terlihat perkembangan karakter selain keengganannya dalam kasus Joseph Spell dan Eleanor Strubing menghilang.

Chadwick Boseman - Thurgood Marshall


Film ini bisa dinikmati dengan enak jika tidak mengharap ekspektasi lebih dari nama besar Marshall di judulnya. Kebohongan Joshep, Kebohongan Eleanor, Juri yang bias, Hakim yang punya kedekatan dengan Pengacara Penuntut. Serta illustrasi kejadian dengan cinematic yang bagus berjalan dengan mulus.
Mungkin Reginald Hudlin terlalu fokus adegan pengadilan otentifikasi jalannya sidang. Namun lupa memberi porsi yang cukup untuk sosok Marshall yang membuat dr Marthin Luther Jr memujinya.

 “You proved to be a giant of your profession and
your career has been on of significant epochs of our time.”

 

 (OCIN)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinema Paradiso (1988) Hitam dan putih sebuah kenangan

Ibuku Sayang

Paitun Gundul seorang legenda Urban di Kota Malang